Mahasiswa Perlu “Jual Diri”!
Terlepas dari disiplin ilmu apapun, mahasiswa di era saat ini harus pandai-pandai menyikapi berbagai kesempatan untuk terjun ke dunia kerja dan masyarakat, salah satunya adalah dengan membekali diri dengan jiwa kewirausahaan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Canggih Setiabudi, mahasiswa jurusan Kimia fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) di akhir kegiatan Sampoerna Best Student Visit (SBSV 200), di Pasuruan, Jawa Timur, Jumat (7/8).
“Konsep wirausaha dan ilmu kimia yang saya pelajari sangat cocok, karena kimia itu kan ilmu dasar dan saat ini kami sudah dibidik oleh universitas ke arah aplikasi, yaitu ke bentuk yang namanya wirausaha, tinggal mempraktekkan saja dasar-dasarnya,” ujar Canggih, yang tahun ini duduk di tingkat akhir.
Bagi Canggih, teori di bangku kuliah tidak cukup kendatipun kelak ia bergelar insiyur. Pembekalan di luar kelas seperti pendalaman materi aplikasi bisnis, bisnis manajemen, diskusi dan observasi dari para pemilik pengalaman bisnis terasa jauh lebih penting.
Hal yang sama juga dilontarkan oleh Tya Arizona, mahasiswi semester tujuh Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Tya menandaskan, pendidikan wirusaha kini semakin dibutuhkan mengingat semakin tingginya angka penggangguran setiap tahun di Indonesia.
“Jumlah lulusan semakin banyak dan sayangnya tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang ada, sehingga yang dibutuhkan saat ini bukan lagi tenaga kerja tetapi para pembuat pekerjaan,” ujarnya.
Mengawinkan Ilmu
Saat ini, Canggih memang sangat butuh wawasan yang lebih jauh soal wirausaha. Hal tersebut untuk mendorong keilmuwan yang selama ini didapatkannya di bangku jurusan Kimia.
Bukan tanpa sebab atau alasan lain yang berbau filosofis, Canggih mengatakan demikian. Pasalnya, Canggih ingin betul memanfaatkan ilmu wirausaha untuk “menjual” penemuannya di bidang kimia baru-baru ini, yaitu sebuah anti bakteri dari senyawa di dalam kepiting.
“Dari senyawa anti bakterinya saja sudah bisa menguntungkan, apalagi nanti jika dimanfaatkan di industri tekstil kain, tentu akan lebih menguntungkan. Hal ini masih saya bicarakan dengan pihak universitas,” kata Canggih.
Sementara itu, bagi Tya Arizona, kepeduliannya pada bidang pendidikan dijadikan langkah yang mantap untuk menekuni bidang wirausaha. Tya mengatakan, ilmu manajemennya itu akan ia gunakan untuk mengelola sebuah rumah baca atau rumah singgah.
“Saya akan mengelola bisnis terkait pendidikan, apakah itu kursus bahasa, perpustakaan atau lembaga pendidikan formal, yang penting bisa menyatukan antara bisnis, kepedulian sosial, dan pendidikan,” ujar Tya, mantap.